SELUK BELUK MENULIS, CARA MEMBUAT CERPEN, NOVEL, BUKU ILMIAH, BUKU POPULER, ARTIKEL, PROPOSAL, LAPORAN, KARYA ILMIAH, TESIS, LEAFLET, JUKNIS, NEWS LETTER, JURNAL, SKENARIO, TULISAN DI BLOG, KIAT MENJADI PENULIS SUKSES

Bahan untuk cerpen

Cerpen memerlukan bahan, seperti halnya sepotong kemeja. Kemeja dibuat dari sehelai kain sebagai bahan utama. Selain sehelai kain, kemeja juga memerlukan segulung benang sebagai bahan tambahan. Kedua bahan itu harus tersedia sebelum pembuatan dilakukan. Tanpa kedua bahan tersebut, mana mungkin seorang penjahit bisa membuat sepotong kemeja. Demikian pula dengan sebuah cerpen.


Cerpen adalah tulisan yang menggambarkan tentang kehidupan manusia. Kalau itu definisinya, lalu apa yang menjadi bahan utama cerpen dan apa pula yang menjadi bahan tambahannya. Tentu saja bahan utama cerpen adalah kehidupan manusia itu sendiri. Sedangkan kata-kata adalah sebagai bahan tambahan. Karena kedua bahan tersebut, sebuah cerpen dapat tercipta.


Lalu dimanakah kehidupan manusia itu. Kehidupan manusia ada di mana-mana. Bahkan kita juga termasuk manusia. Jadi bahan utama cerpen adalah kehidupan orang sekitar kita, misalnya kehidupan sekolah, di kampus, di kota, di desa, pokoknya kehidupan dimana saja.. Termasuk kehidupan kita bisa dijadikan bahan untuk cerpen. Tinggal tergantung kita sendiri yang memilihnya.


Kehidupan manusia, termasuk kehidupan kita itu sangat menarik. Karena hidup manusia tidak terlepas dari masalah. Mulai dari masalah ekonomi, masalah percintaan dan masih banyak masalah lainnya. Semua masalah itu bisa diangkat sebagai bahan cerpen. Setiap menghadapi masalah, pasti orang akan mencari jalan keluarnya, dimana semua itu bisa berakhir dengan kebahagiaan atau sebaliknya.


Pernah pada suatu sore saya mendengar jeritan seorang wanita. Karena kaget, saya langsung memburunya. Rupanya seorang cewek berumur belasan tahun sedang meronta sambil menjerit-jerit. Tangannya memegang sebuah HP. Setelah HP-nya dilihat ternyata ada sebuah pesan bahwa cowoknya meninggal karena tabrakan. Pesan lain ada, termasuk pesan terakhir. Dari kejadian itu lahir sebuah cerpen berjudul “ Pesan Terakhir Andri “


Suatu hari saya pergi ke pasar. Tujuannya untuk membeli sekaleng cat tembok. Sekalian saya ingin membelikan seekor burung untuk anak saya. Sebelum tiba di pasar, saya melihat seorang pemuda memegang sebuah dus kecil. Dari dalam dus itu terdengar suara burung yang menyanyikan lagu Halo-halo Bandung, dilanjutkan dengan lagu Garuda Pancasila. Dari suaranya, saya yakin itu burung beo.


Saya menghampirinya. Kembali burung itu bersuara dengan lagu yang sama. Ketika saya tawar, pemuda lain menghampiri dan mengatakan bahwa itu burung beo dan sudah ditawarnya sebesar dua ratu lima puluh ribu rupiah. Tanpa pikir panjang, burung itu saya beli sebesar tiga ratus ribu rupiah. Karena harga itu dianggap sangat murah. Mana mungkin burung beo seharga itu.


Sampai di rumah, saya dan istri menirukan pemuda tadi dengan mulut monyong ke lubang dus. Anak saya tertawa terbahak-bahak seraya berkata, sampai kiamatpun burung itu tak mungkin menyanyikan Halo-halo Bandung, karena bapak sudah tertipu. Dari kejadian itu lahirlah sebuah cerpen berjudul “ Halo-halo Bandung “. Kalau ingat peristiwa itu, saya suka tertawa sendiri.


Dari gambaran di atas, saya yakin kalian tidak bingung lagi mencari bahan untuk sebuah cerpen. Semua kehidupan orang-orang di sekitar kita bisa dijadikannya. Namun akan lebih baik lagi kalian membuat cerpen dengan mengambil bahan dari kehidupan kalian sendiri. Karena kalian sendiri yang mengalami dan kalian lebih menguasai bahannya. Jadi kalian dapat dengan mudah menumpahkan ke dalam tulisan.


Selamat mencoba ! !

Tip jitu membuat cerpen

Membuat cerpen sangat mudah. Itu kata cenpenis, orang biasa membuatnya. Tapi bagi orang lain, terutama orang yng belum pernah membuat atau orang yang akan mencoba mungkin terasa susah. Karena tidak tahu bagaimana cara membuatnya dan darimana harus memulainya. Tapi jangan khawatir, lewat artikel ini saya akan memandu kamu hingga bisa mewujudkan keinginan itu.


Membuat cerpen ibarat kamu menceritakan sesuatu kepada seorang teman. Bedannya kalau kamu bercerita dengan mulut dan dalam bentuk lisan, sedangkan kalau cerpen dengan tangan dan dalam bentuk tulisan. Jadi kamu tinggal merubah dari bahasa lisan menjadi bahasa tulisan. Baca artikel ini hingga selesai, karena saya akan memberikan kiat yang jitu kamu.


Pada saat kamu bercerita, tentu saja apa yang ceritakan itu lebih banyak pengalamanmu sendiri daripada pengalaman orang lain, meski sekali-kali kamu juga suka menceritakan pengalaman orang lain. Tetapi kamu akan merasa lebih lancar jika kamu menceritakan pengalamanmu sendiri, karena pengalamanmu tersimpan dengan baik dalam otak, hingga pada saat bercerita, kata-kata itu meluncur dengan sendirinya.


Nah, kalau kamu termasuk orang pandai bercerita atau kamu termasuk orang banyak ngomong, pasti kamu bisa membuat cerpen, apalagi kamu termasuk tipe orang yang selalu bercerita secara detail. Jadi mulailah membuat cerpen dengan pengalamanmu atau segala sesuatu yang kamu alami. Saya yakin kamu punya kenangan indah, punya kenangan pahit dan punya kenagnan lucu lucu.


Semua kenangan bisa kamu jadikan cerpen dan bisa jadi cerita menarik bagi orang lain. Masalah baik dan buruknya sebuah cerpen tergantung meramunya. Masalah panjang pendeknya tergantung cara kamu menuturkannya. Kedua masalah itu nanti akan diketahui setelah kamu membuatnya. Yang pasti sekarang bagaimana memulai membuat sebuah cerpen. Itu yang paling penting.


Nah sekarang saya akan memberikan sebuah tip agar kamu bisa membuat cerpen. Pertama, siapkan alat perekam. Bisa HP-mu, bisa juga tape recorder kecil. Usahakan alat itu kamu sembunyikan di dalam tas atau di balik baju. Kedua, siapkan bahan yang akan kamu ceritakan. Ketiga, carilah teman dekat kamu yang biasa kamu jadikan tempat curhat dan ajaklah ke suatu tempat yang nyaman.


Sampai di suatu tempat, hidupkan alat perekam itu, lalu kamu mulai bercerita. Misalnya kamu dapat cewek atau cowok baru. Temanmu pasti akan bertanya siapa namanya. Sebutkan nama cewek atau cowok baru itu. Temanmu itu pasti akan bertanya lagi, dimana kamu mengenal dia. Saat itu kamu sebutkan nama tempat itu, berikut situasi tempat itu secara panjang agar jelas dimata temanmu.


Temanmu akan bertanya lagi, kapan kamu mengenalnya. Jawablah pertanyaan itu. Misalnya kamu mengenal cewek atau cowok itu pada malam ulang tahun salah seorang teman. Ceritakan pula situasi pada ulang tahun itu, misalnya jumlah orang yang hadir, nama-nama orang hadir, acara dalam ulang tahun itu, cuaca saat ulang tahun. Misalnya terjadi hujan atau saat cuaca cerah.


Selanjutnya temanmu akan bertanya bagaimana kamu bisa mengenalnya. Nah, ceritakan pula olehmu secara panjang lebar agar jelas. Mulai pertama kamu melihatnya. Kemudian pada saat dia mendekatimu, hingga terjadi perkenalan. Kemudian ceritakan pula tentang kata-kata pertama dalam perkenalan itu, termasuk obrolan kamu. Ceritakan perasaanmu ketika dia mendekatimu dan berjabat tangan.


Selesai bercerita, matikan alat perekam itu dan kamu pulang. Sampai di rumah, hidupkan komputer dan alat perekam itu dan kamu dengar baik-baik. Apa yang kamu dengar dari alat perekam itu, kamu ketik kata demi kata.. Hasil rekaman itu sudah diketik bisa menjadi sebuah cerita. Jangan lupa cerita itu kamu perbaiki hingga menjadi cerpen yang baik dan menarik untuk dibaca.


Selamat mencoba ! !

CARA MEMBUAT LAPORAN

Laporan adalah pernyataan yang menerangkan tentang suatu kegiatan. Misalnya laporan penelitian seorang mahasiswa di sebuah desa atau laporan kunjungan Presiden Republik Indonesia di Amerika Serikat. Laporan juga bisa diartikan sebagai suatu pernyataan yang menerangkan suatu kejadian. Misalnya laporan bencana alam di suatu daerah atau laporan kecelakaan di sebuah jalan raya.


Laporan bisa berbentuk lisan. Misalnya laporan seorang perajurit kepada komandannya, atau laporan seorang reporter radio. Laporan bisa berbentuk gambar dan lisan. Misalnya laporan seorang reporter televisi. Laporan bisa berbentuk gambar. Misalnya laporan petugas Badan Pertanahan Nasional (BPN). Dan laporan juga bisa berbentuk tulisan. Misalnya Laporan Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar Sukabumi tahun 2008.


Jumlah hurup atau angka dalam sebuah laporan tergantung dari jenis kegiatan dan jenis kejadian. Sebuah karakter huruf atau angka bisa dijadikan sebagai sebuah laporan. Misalnya gempa pada tahun 2007 terjadi satu (1) kali. Laporan bisa juga memuat ratusan ribu sampai jutaan karakter hurup dan angka. atau ribuan karakter. Misalnya Laporan Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar Sukabumi tahun 2008 yang berisi ratusan halaman.


Salah satu prinsip laporan adalah bagaimana pernyataan itu dapat dimengerti oleh penerima. Seorang pembuat laporan harus tahu keadaan penerima. Karena itu sebuah laporan harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan keadaan penerima. Prinsip lainnya adalah bagaimana laporan itu bisa sampai kepada penerima. Seorang pembuat laporan harus tahu jalur mana yang harus ditempuh. Karena itu media untuk menyampaikan laporan harus tepat, misalnya media massa.


Laporan yang baik harus memiliki minimal enam unsur, yaitu apa (what), dimana (where), kapan (when), siapa (who), kenapa (why) dan bagaimana (how). Keenam unsur itu dikenal dengan istilah 5 W 1 H. Namun ada juga laporan yang tidak memuat enam unsur tersebut, karena dianggap tidak ada atau dianggap tidak penting atau pernyataan di depan bisa dimengerti penerima laporan.


Misalnya telah terjadi tanah longsor (what) di Desa Panumbangan Garut (where) pada malam hari (when). Tanah longsor itu disebabkan oleh adanya hujan deras (why) yang terus mengguyur daerah itu sepanjang hari kemarin. Keadaan itu menyebabkan sebuah danau di atas bukit penuh dan limpas. Limpasan air itu mengalir di atas tanah bukit dan menyebabkan tanahnya terbawa arus, hingga menyebabkan longsor (how).


Dalam laporan itu tidak menyebutkan siapa yang telah menjadi penyebab longsor itu. Karena sudah pasti hujan yang mengguyur daerah itu disebabkan oleh faktor alam. Penerima berita sudah tahu tentang alam. Mereka juga sudah tahu kalau alam itu tidak ada yang menentangnya. Tidak ada yang bisa mencegah terjadinya hujan kalau awan sudah mendung dan tidak bisa menahan lagi.


Tunggu artikel selanjutnya :

- Laporan kunjungan (fieldtrip)

- Laporan survei

- Laporan Praktek Kerja Lapangan

CARA MEMBUAT NOVEL

Novel adalah tulisan yang menggambarkan tentang kehidupan manusia. Tulisan ini dibuat sangat panjang. Sebuah novel bisa memuat hurup sampai ratusan ribu karakter, bahkan bila novel dibuat secara berseri, hurup-hurup yang dimuat bisa mencapai jutaan karakter. Setiap seri dalam novel selalu saling berhubungan antara seri pertama dengan terakhir. Seperti dalam novel Harry Pooter, karya J.K Rawling.


Setiap novel memiliki minimal lima buah unsur. Unsur pertama adalah peristiwa. Unsur itulah yang menjadi inti cerita. Unsur kedua adalah pemeran. Pemeran itulah yang menjalan peristiwa itu. Unsur ketiga adalah tempat. Pemeran menjalankan peristiwa itu di suatu tempat. Unsur keempat adalah waktu. Peristiwa dijalankan oleh pemeran dalam suatu tempat dan waktu tertentu. Unsur kelima adalah alat, jika saat menjalankan peristiwa itu menggunakan satu atau dua buah alat.


Kelima unsur itu bisa disebut sebagai nyawa. Karena unsur itulah yang membuat tulisan itu hidup dan menarik untuk dibaca. Karena itu unsur-unsur itu harus digambarkan dengan jelas. Novel yang tidak menggambarkan dengan jelas tidak menarik untuk dibaca. Maka tak heran kalau banyak pembaca yang tidak mengerti dan kebingungan dengan jalan cerita dalam novel itu. Atau istilan orang tidak jelas ujung pangkalnya.


Novel yang baik tidak hanya menggambarkan sebuah peristiwa, tetapi menggambarkan juga peritiwa lain, dimana semua peristiwa itu saling berhubungan. Dan semua peristiwa yang dianggap menarik oleh penulisnya untuk disajikan kepada pembaca. Peristiwa itulah yang dijadikan sebagai beberapa inti cerita. Semua inti cerita itu kemudian dikembangkan lagi dengan gambaran lain sebagai pelengkapnya.


Karena menggambarkan berbagai inti cerita, maka jumlah pemeran pada sebuah novel tidak hanya beberapa orang saja, bisa lebih dari sepuluh orang. Meski pemeran dalam sebuah novel banyak, tetapi pemeran utamanya tidak lebih dari dua orang, misalnya seorang laki-laki dan seorang perempuan, atau seorang adik dan seorang kakak. Sedangkan yang lain hanya sebagai pemeran pembantu.


Kurun waktu dalam sebuah novel tergantung dari peristiwa yang digambarkan. Bisa panjang, misalnya beberapa tahun atau bertahun-tahun. Bisa juga singkat, misalnya beberapa hari atau berhari-hari, beberapa jam atau berjam-jam. Itu tergantung dari kelihaian penulis. Yang pasti semua peristiwa setiap waktunya saling berhubungan mulai dari awal hingga akhir.


Demikian juga dengan tempat kejadiannya. Tempat kejadian yang digambarkan dalam sebuah novel umumnya banyak, misalnya lima tempat atau lebih. Meski menggambarkan beberapa tempat, tempat gambaran itu pada akhirnya saling berhubungan. Misalnya ada sepasang remaja. Hubungan mereka didak direstui orang tuanya. Agar bisa bertemu mereka mencari cara masing-masing, di rumah masing. Pada akhirnya mereka bisa bertemu dengan mengelabui orang tua masing-masing.


Sama seperti cerpen, bahasa dalam novel juga tergantung dari golongan pembaca. Untuk pembaca di Indonesia, tentu saja harus dengan menggunakan Bahasa Indonesia. Namun seringkali bahasa dalam novel harus disesuaikan dengan trend. Maka timbulah istilah bahasa gaul. Bahasa yang tidak mencerminkan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Tetapi itulah tuntutan. Yang pasti bahasa dalam novel harus dibuat singkat, padat dan jelas serta sesuai dengan keinginan pembaca.


Tunggu artkel berikutnya (maaf kami baru mulai) :

* Bagian-bagian novel

* Sumber cerita untuk novel

* Jenis-jenis novel

* Memilih Tema Novel

* Membuat judul novel

* Langkah pembuatan novel

* Cara menggambarkan pelaku

* Cara menggambarkan keadaan tempat

* Cara menggambarkan keadaan waktu

* Cara menggambarkan suasana

* Cara menggambarkan peristiwa

* Cara mengembangkan tulisan

* Cara menyisipkan kata sambung

CARA MEMBUAT CERPEN

Cerpen atau cerita pendek adalah tulisan yang menggambarkan tentang kehidupan manusia di suatu tempat dan dalam kurun waktu tertentu. Tulisan ini dibuat pendek, maksimal 20.000 karakter, meskipun sebenarnya bisa dibuat panjang, lebih dari sejuta karakter. Tulisan yang dibuat dengan panjang tidak disebut cerpen, tetapi disebut novel atau biografi. Cerpen memiliki minimal empat buah unsur, yaitu tempat, waktu, pemeran dan peristiwa.


Tak ada batasan yang pasti tentang tempat, tetapi cerpen yang baik hanya menggambarkan peristiwa di sebuah tempat, tidak menggambarkan peritiwa di tempat lain, meskipun keduanya saling berhubungan. Yaitu peristiwa yang dianggap menarik oleh penulisnya untuk disajikan kepada pembaca. Peristiwa itulah yang dijadikan sebagai inti cerita. Inti cerita itu kemudian dikembangkan lagi dengan gambaran lain sebagai pelengkap cerita itu.


Karena hanya menggambarkan inti cerita, maka jumlah pemeran pada sebuah cerpen hanya beberapa orang saja, tidak lebih dari lima orang, yaitu satu atau dua orang sebagai pemeran utama, sedang yang lain hanya sebagai pemeran pembantu. Kalaupun pemeran sampai rbuan orang, tetapi hanya disebut selintas, tidak detail. Misalnya, pemeran utama berorasi diantara rubuan mahasiswa di depan istana negara.


Waktu yang digambarkan dalam sebuah cerpen sangat singkat. Hanya beberapa jam atau beberapa hari saja. Jarang sekali cerpen yang menggambarkan sampai berbulan-bulan, apalagi sampai bertahun-tahun. Kalaupun ada, tetapi hanya disebutkan selintas, misalnya sebulan kemudian atau setahun kemudian. Tetapi cerpen itu tidak menggambarkan prilaku pemeran dalam tahun atau bulan tersebut.


Demikian juga dengan tempat kejadiannya. Tempat kejadian yang digambarkan dalam sebuah cerpen tidak banyak. Hanya beberapa tempat saja. Kalaupun disebutkan, tetapi hanya selintas. Misalnya pemeran utama berlari di sebuah jalan kecil yang dihimpit puluhan rumah, lalu menyebrangi sebuah jalan desa dan sebuah sungai kecil, hingga akhirnya masuk ke dalam sebuah gubug.


Bahasa dalam cerpen tergantung dari golongan pembaca. Untuk pembaca di Indonesia, tentu saja harus dengan menggunakan Bahasa Indonesia. Namun seringkali bahasa dalam cerpen harus disesuaikan dengan trend. Maka timbulah istilah bahasa gaul. Bahasa yang tidak mencerminkan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Tetapi itulah tuntutan. Yang pasti bahasa dalam cerpen harus dibuat singkat, padat dan jelas.


Tunggu artikel berikutnya (maaf saya baru memulai) :

* Sumber cerita untuk cerpen

* Jenis-jenis cerpen

* Memilih tema cerpen

* Membuat judul cerepen

* Langkah-lengkah pembuatan cerpen

* Bagian-bagian cerpen

* Cara menggambarkan keadaan tempat

* Cara menggambarkan keadaan waktu

* Cara menggambarkan suasana

* Cara menggambarkan adegan

* Cara mengembangkan tulisan

* Cara menyisipkan kata sambung

KIAT MENJADI PENULIS SUKSES

“ Menulis itu mudah, Bang “ kata Heru Susanto, teman satu sekolah. Kini dia sudah menjadi penulis terkenal. Lebih dari 30 judul buku telah ditulisnya.. “ Tinggal duduk, dalam satu atau dua menit sudah terangkai beberapa buah kalimat. Dalam seminggu, sudah bisa membuat beberapa bab. Dan dalam sebulan, sudah bisa menyelesaikan sebuah naskah “ sambungnya.


“ Itu menutut kamu, Her “ kilah saya. “ Tapi menurut saya beda. Jangankan menulis buku, membuat laporan saja susah “ sambung saya.


“ Kenapa beda ? Lalu, dimana bedanya ? tanyanya. Kita berasal dari sekolah yang sama, dan kita diajar oleh guru yang sama. Saya makan nasi, Bang Usni makan nasi. Saya menghirup oksigen, Bang Usni juga menghirup olsigen. Jadi antara Bang Usni dan saya tidak ada bedanya “ tegasnya. “ Pokoknya Bang Usni pasti bisa menulis “


“ Yang benar, Her ? tanya saya.

“ Ya. Benar dong, Bang. Masa saya bohong “

“ Caranya ? tanya saya.


Dia tersenyum, lalu membawa saya ke tempat yang agak sepi, menjauhi teman-teman lain yang sedang asyik melepas kerinduan, setelah sekian lama tidak bertemu. Segera dia menceritakan latar belakangnya hingga dia terjun dalam penulisan buku. Dia menceritakan pula tentang perjuangannya hingga bisa menembus penerbit. Yang paling terkesan adalah kiatnya hingga menjadi penulis terkenal.


Beberapa bulan kemudian, saya mencoba membuat sebuah artikel. Kebetulan dosen mata kuliah Teknik Penulisan yang memintanya. Prinsip penulisan saya terapkan sesuai dengan saran Heru Susanto. Setelah saya serahkan, dosen itu menilai artikel saya sangat baik dan dia menyarankan untuk mengirimkan ke buah majalah. Beberapa minggu kemudian, artikel itu terpampang dalam majalah itu. Saya puas sekali.


Sejak saat itu, saya rajin membuat artikel. Artikel-artikel itu tidak hanya dikirim ke majalah itu, tetapi dikirim ke sebuah harian terkenal. Karena dinilai layak, maka artikel itu dimuat dalam harian itu. Bukan hanya puas saat itu, tetapi saya beruntung, karena honor sebuah artikel cukup tinggi, cukup untuk belanja beberapa hari. Selain itu, saya juga dihargai oleh teman-tema se kantor.


Karena tidak puas, saya mencoba membuat naskah buku. Rasa tidak puas, penghargaan, dan uang telah menjadi motivasi. Prinsip-prinsip penulisan saya terapkan naskah itu. Beberapa buah buku karya Heru Susanto menjadi referensi. Naskah itu selesai dalam setahun dan langsung saya tawarkan kepada beberapa penerbit. Namun tak satupun penerbit yang meliriknya. Mungkin naskah itu belum layak untuk diterbitkan.


Tahun berikutnya, saya membuat naskah lain. Tak hanya prinsip-prinsip penulisan yang diterapkan dalam naskah itu, tetapi juga prinsip-prinsip bisnisnya. Itu saran Heru Susanto yang tidak diterapkan dalam naskah pertama. Hasilnya sungguh luar biasa. Penebar Swadaya, salah satu penerbit di Jakarta bersedia menerbitkannya. Bahkan penerbit itu bersedia pula menerbitkan naskah pertama. Dalam sebulan, dua buah buku terbit.


Sejak saat itu, kepala saya dipenuhi dengan konsep-konsep tulisan. Hari-hari terasa singkat dan kegiatan semakin padat. Ditambah lagi dengan pesanan dari penerbit yang meminta saya untuk menulis judul lain. Tentu saja, pesanan itu tidak terpenuhi oleh saya. Dan akhirnya saya meminta bantuan teman, sekaligus saya mengorbitkannya. Bersyukur semua beres. Kini saya akrab dengan Penebar Swadaya. Berkali-kali saya menawarkan judul baru mereka langsung menyambutnya.


Sekarang saya telah menulis delapam buah judul buku dan dua masih dalam proses. Dengan buku-buku itu, saya cukup dikenal di Indonesia, dihargai oleh para pembaca dan saya juga selalu mendapat royalti. Dari royalti itu, saya hidup bahagia dengan keluarga, bisa beli rumah, mobil dan barang lain. Sudah sepuluh tahun saya mendapat royalti. Kini selain menulis buku, saya juga telah menulis sembila buah naskah novel.


Tunggu artikel berikutnya :

- mengetahui bahan - in setting

- menguasai teknik penulisan

- mengenal pembaca

- mengenal pasar

Menulis dalam kepala (MDK)

Menulis dalam kepala. Bagi orang awam, membaca judul ini pasti heran dan akan bertanya. Apa benar kepala bisa dipakai untuk menulis. Secara spontan pasti meluncur sebuah jawaban, tidak munkin dan mustahil semua itu bisa dilakukan. Karena kepala bukan kertas yang biasa digunakan untuk mencatat pelajaran. Kepala bukan papan tulis yang biasa digunakan oleh guru. Dan kepala juga bukan komputer yang biasa digunalan penulis.


Pertanyaan yang sama juga muncul dalam benak saya, ketika mendengar pernyataan itu, berikut jawaban serta alasannya. Itu sangat wajar buat saya. Karena saya termasuk penulis baru yang belum mengenal berbagai istilah dalam penulisan. Selain itu juga saya bukan penulis terkenal seperti yang lain. Namun setelah saya mengetahui lebih jauh barulah saya mengerti dengan istilah itu.


Istilah menulis dalam kepala atau disingkat MDK pertama kali terdengar, ketika saya menghadiri “ Acara Temu Penulis “ di Bogor. Pertemuan itu diselenggarakan oleh Penebar Swadaya, penerbit yang selama ini menerbitkan karya-karya saya dan telah membesarkan saya. Tidak kurang dari 100 orang penulis turut hadir dalam acara itu, mulai dari penulis pemula hingga penulis senior.


Seperti tahun-tahun lalu, pertemuan itupun dilanjutkan dengan seminar. Seminar yang membahas tentang teknik penulisan yang baik, beserta kiat-kiatnya. Kebetulan salah seorang penyajinya adalah Naning Pranoto, salah seorang penulis senior yang namanya sudah tidak asing lagi pembaca buku. Dialah yang memperkenalkan istilah itu, sekaligus menjelaskan secara panjang lebar.


Namun penjelasan itu ternyata belum cukup buat saya. Karena konsentrasi saya saat itu terganggu oleh teman lama. Rasa penasaran muncul dan berniat untuk menemuinya. Selesai acara, saya melaksanakan niat itu, meski keraguan menghantui perasaan. Takut kalau penulis terkenal itu tidak mau menerima saya. Ternyata keraguan itu tidak terbukti. Dia menerima saya dengan baik dan menjelaskan kembali istilah itu.


Menurutnya, menulis dalam kepala adalah merangkai kata-kata dalam otak. Hal itu dilakukan ketika penulis tidak lagi duduk di depan komputer atau sedang berada di tempat lain. Misalnya di tempat tidur, sebelum tidur. Di meja makan, ketika sebelum, sedang dan sesudah makan. Di perjalanan ketika sedang mengendarai mobil atau motor. Atau dimana saja ketika sedang mengikuti acara apa saja.


Karena bagi penulis, waktu adalah kata, waktu adalah kalimat, waktu adalah tulisan dan waktu adalah karya. Pokoknya bagi penulis, waktu adalah saat untuk menulis. Bagi mereka selalu ada saja kalimat yang belum sempurna, selalu ada kalimat yang belum selesai, selalu ada saja ada judul baru, selalu saja ada kata awal dan kata akhir. Pokoknya bagi mereka, menulis itu seperti tidak pernah berakhir sampai kapanpun.


Itulah pendapatnya. Ternyata menulis dalam kepala dapat dilakukan dan merupakan pekerjaan para penulis. Meski kepala memang bukan kertas, bukan papan tulis dan juga bukan komputer, tetapi kepala mampu menampung ribuan kata. Bahkan kepala mampu merangkai kata-kata itu secara otomatis menjadi sebuah kalimat. Nah, kalau para penulis bisa, kenapa kita tidak menirunya. Selamat mencoba.


Menulis itu bisnis

Menulis memang bisnis. Itu bukan fakta baru. Karena menulis itu bisa mendatangkan uang, Bukan jutaan, tetapi milyaran rupiah dan bisa membuat orang kaya raya. Contohnya, J.K Rawling. Dia telah menjadi orang terkaya di dunia. Darimana dia mendapatkan kekayaan itu. Tentu saja dari novelnya yang berjudul Harry Pooter. Novel itu laku keras di seluruh dunia dan telah diterjemahkan ke dalam puluhan bahasa, termasuk Bahasa Indonesia. Contoh lain juga banyak, termasuk penulis-penulis kita.


Lalu apa kunci sukses mereka. Saya memang tidak tahu secara detail. Tetapi saya punya sedikit pendapat tentang itu. Tentu saja pendapat ini lebih didasarkan kepada pengalaman saya. Dulu naskah pertama tidak dilirik penerbit, hingga naskah itu menjadi mangsa cecunguk. Namun ketika saya tahu kuncinya, penerbit memburu saya, hingga saya kewalahan dan meminta bantuan teman-teman. Sekarang saya tinggal menawarkan, tanpa banyak pertimbangan mereka langsung menyetujui.


Menurut saya, hanya ada kunci sukses dalam menulis, yaitu menerapkan prinsip dalam bisnis. Menulis bisa diibarat seperti membuat sebuah barang. Kalau sudah dibuat, kita harus bisa memprediksi apakah barang itu bisa laku atau tidak. Kalau laku, bisa diteruskan. Sedangkan kalau tidak akan laku lebih baik dihentikan. Jadi disini penulis harus bisa membaca peluang yang baik agar buku itu sesuai dengan yang dibutuhkan pembaca. Itulah kunci sukses dalam menulis.


Bisnis menulis bukah hanya menjadi pembuat buku teknis, agama. Motivasi dan cerita saja. Tetapi ada yang lainnya, seperti menjadi wartawan pada sebuah haria, menjadi wartawan sebuah majalah, menjadi penulis artikel, menjadi penulis berita, dan pembuat biografi orang-orang terkenal. Satu lagi pekerjaan yang lain yaitu menjadi penulis skenario film.


Bahkan sekarang ada peluang baru yang sangat cerah, yaitu menjadi seorang blogger, atau penulis artikel di blog atau website. Seperti yang sedang saya jalani sekarang dan artikelnya sedang anda baca. Lalu, darimana seorang blogger mendapatkan bayaran. Seorang blogger akan mendapat bayaran dari pemilik iklan yang dipasang dalam blog atau website. Pemilik iklan akan membayar bila ada pengunjung yang membaca artikel dan mengklik iklan itu sebanyak dua kali.

Bisnis menulis banyak keuntungannya. Pertama, bisnis itu milik pribadi, bukan milik penerbit atau penyandang dana. Setiap penulis bebas mengelolanya, tanpa campur tangan dan meminta pertimabnga orang lain. Penulis itu bertindak sebagai bos juga sebagai anak buah. Tidak diatur oleh bos. Tidak juga mengatur anak buah.


Kedua, bisnis menulis sangat praktis. Karena dilakukan di rumah. Tidak perlu berangkat pagi, pulang malam. Tidak perlu berdesak-desakan dalam bis atau mengendarai motor yang ternyata banyak risikonya. Tidak tergantung waktu, bisa pagi, siang, sore bahkan malam hari Setiap saat bisa bersama keluarga, anak dan istri


Ketiga, bisnis menulis itu sangat efisien atau tidak banyak mengeluarkan waktu, tenaga dan biaya. Kerja sekali, terima duit terus-terusan, bisa sampai anak bahkan cucu, bila buku itu masih dicetak. Seperti yang saya alami. Menulis buku tahun 1998, tetapi hingga sekarang masih terima royalti. Kalau dihitung, sudah 10 tahun saya menikmati royalti.


Dan masih banyak keuntungan lainnya, seperti namanya menjadi terkenal di seluruh Indonesia, menjadi kebanggaan keluarga dan kerabat serta teman, menjadi orang yang disegani orang lain. Selain itu, menulis berdampak posisti pada bisnis lain. Seperti yang saya lakukan, yaitu menjadi konsultan. Dari sekian keuntungan, yang paling buat saya adalah ilmu itu bermanfaat bagi orang lain. Itu akan menjadi pahala hingga akhir jaman.


Apakah menulis itu ?

Menulis adalah membuat hurup, angka, kode dan tanda baca lainnya. Puluhan siswa Sekolah Dasar (SD) yang sedang duduk di bangku kelas, bisa diartikan sedang menulis. Karena mereka sedang mencatat pelajaran dari gurunya. Beberapa orang siswa Taman Kanak Kanak (TK) yang sedang belajar membaca juga bisa diartikan sedang menulis. Karena dalam pelajaran itu, selain harus mengenal setiap hurup, mereka juga harus belajar membuat hurup itu.


Dua orang pembuat batu nisan yang sedang bekerja, bisa diartikan sedang menulis. Karena mereka sedang membuat hurup dan angka. Satu demi satu hurup dan angka itu diukirnya dengan memahat setiap bagian hurup dan angka yang telah diberi tanda sebelumnya. Pemahatan dilakukan dengan hati-hati agar setiap hurup dan angka tersebut terlihat jelas sehingga bisa dibaca dari jauh. Kesalahan sedikit saja bisa berakibat fatal, pemesan bisa menolaknya.


Lima orang wartawan yang sedang meliput sebuah acara kenegaraan, bisa diartikan sedang menulis. Karena mereka sedang mencatat nama-nama, jumlah pejabat negara yang hadir dan setiap peristiwa yang terjadi. Catatan itu akan dijadikan sebagai bahan berita. Ketika sedang mengetik, bisa dikatakan mereka sedang menulis. Karena sedang merangkai kata demi kata agar menjadi sebuah berita yang menarik. Contoh itu menunjukan bahwa wartawan itu telah melukiskan kejadian di depan matanya.


Seorang novelis yang sedang duduk di depan komputer, ternyata bisa juga diartikan sedang menulis. Karena novelis itu sedang membuat cerita. Kata demi kata meluncur dari otaknya. Setiap peran dalam cerita itu dilukiskan dengan rangkaian kata dan sengaja membawa setiap pembaca untuk turut dalam peran itu. Demikian pula dengan tempat kejadian dalam cerita, dilukiskan dengan jelas agar bisa membawa setiap pembaca seolah berada di tempat kejadian itu. Itulah kelihaian novelis.


Kata-kata lainpun reflek muncul dan tersusun hingga menjadi sebuah kalimat yang dapat dimengerti, lalu menjadi paragraf-faragraf dan berlanjut menjadi sub bab dan bab, hingga akhirnya menjadi sebuah cerita menarik. Setiap pembaca dibawanya untuk turut masuk ke alam khayalnya sesuai dengan jalan ceritanya. Cerita lucu bisa membuat pembaca tertawa. Cerita sedih bisa membuat pembaca menangis. Cerita tegang bisa membuat suasana pembaca seperti tegang.


Dari contoh tersebut di atas dapat diambil sebuah kesimpulan, bahwa menulis adalah membuat hurup, angka, kode dan tanda bacalainnya. Namun sumbernya berlainan. Siswa SD dan TK membuat hurup sesuai dengan yang dicontohkan gurunya. Pembuat batu nisan membuat hurup sesuai dengan permintaan pemesan. Wartawan membuat hurup dengan melihat kejadian. Sedangkan novelis membuat hurup tidak melihat contoh, tidak menuruti pemesan, tidak pula melihat kejadian, tetapi novelis itu hanya membuat hurup dengan mengikuti alam khayalnya.


Pemilik Blog

My name is Usni Arie PS. I was born in Bogor April 3 1962. All day I work as Civil Servant in Main Center for Freshwater Aquaculture Development (MCFAD) Indonesia. My rest time, I use for writing fisheries book, motivation and story. Five books have published by Penebar Swadaya Publishing, Jakarta. I also a consultant of fisheries. Now I live ini Kp. Cipriangan Desa Semplak Kecamatan Sukalarang Kabupaten Sukabumi. Beside a writer, I also write in internet or also named Blogger, specially about fisheries. Now I would like to write about Writing Manual.

Bicara kepemilikan, kita semua milik Allah dan suatu saat akan diambil oleh-Nya. Blog ini juga milik-Nya, tetapi boleh dimanfaatkan oleh siapa saja yang membutuhkannya, termasuk anda sebagai pengunjung. Namun sebelum membaca lebih jauh, alangkah baiknya anda mengenal dulu siapa penulis blog ini. Ssiapa tahu suatu saat kita bisa bertemu dan bersiraturochim. Atau mungkin saja kita pernah bertemu dan saling kenal. Lewat tulisan ini saya ingin memperkenalkan diri. Semoga perkenalan ini membawa berkah.

Nama saya Usni Arie. Lahir di Bogor pada tanggal 3 April 1962, dari ibu bernama Siti Djubaedah dan bapak bernama Arifin (almarhum). Meski keadaan orang tua sangat sederhana, tapi saya bangga dengan mereka. Berkat mereka, saya bisa seperti ini. Satu pesan dari bapak, kamu jangan berhenti belajar. Karena hidup ini diawali dengan belajar. Pesan itu selalu mengiang di telinga, meski bapak sudah tiada.

Saya menyelesaikan seluruh pendidikan formal di Bogor, yaitu di Sekolah Dasar Negeri Kotabatu I Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor, lulus tahun 1975; Sekolah menengah Pertama Negeri III Jalan Malabar (Belakang PMI Bogor), lulus tahun 1977; Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Jalan Cikaret no 2 Bogor, lulus tahun 1981, Akademi Penyuluhan Pertanian (APP) Jurusan Penyuluhan Perikanan Jalan Cikaret no 2 Bogor lulus tahun 1995. Pernah meneruskan di Universitas Bandung Raya, tapi tidak lulus. Dari catatan itu, saya tidak berpendidikan tinggi.

Saat ini saya bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air tawar Sukabumi. Di instansi ini saya sudah bekerja selama 26 tahun, atau dimulai sejak keluar sekolah. Tahun 1981 hingga 1992 ditunjuk sebagai tenaga teknisi lapangan, tahun 1993 hingga 1995 mengikuti pendidikan di APP Bogor, tahun 1996 hingga 1997 kembali ditunjuk sebagai tenaga lapangan, tahun 1998 hingga 2002 dipercaya untuk menududuki jabatan Kepala Sub Seksi Pelayanan Teknis, tahun 2002 hingga 2006 diangkat menjadi tenaga fungsional (litkayasa) dan tahun sejak tahun 2006 hingga sekarang diangkat menjadi Kepala Seksi Sarana Laboratorium.

Di sela-sela kesibukan, saya selalu menyempatkan diri untuk mmbuat tulisan. Tulisan tentang apa saja, yang penting bisa dibaca dan bermanfaat bagi orang lain. Tulisan yang paling banyak saya buat adalah teknis budidaya ikan. Dari tulisan-tulisan itu, lahirlah 5 buah judul buku yang diterbitkan oleh Penebar Swadaya. Buku pertama berjudul Pembibitan dan Pembesaran Bullfrog. Buku itu terbit tahun 1998, Dalam tahun yang sama terbit buku kedua berjudul Pembenihan dan Pembesaran Nila GIFT. Tahun berikutnya terbit beuku ketiga berjudul Mengatasi Permasalahan Budidaya Lele Dumbo. Tahun 2000, terbit buku keempat berjudul Bawar Air Tawar untuk Konsumsi dan Hias. Buku berjudul Sidat Penduan Agribisnis, Pendederan dan Pembesaran. Dua buah judul buku lagi dalam proses.

Mulanya tidak ada dugaan sedikitpun kalau saya akan menjadi seorang penulis. Karena aliran darah dari kedua orang tua tidak ada sedikitpun. Lagi pula saya merasa tidak memiliki bakat untuk melakukannya. Tapi Allah telah berkehendak lain. Dia telah menjadikan hamba pilihan-Nya. dan menjadikan saya sebagai penulis. Ini satu anugrah dari-Nya kepada seorang hamba-hamba pilhan-Nya. Alhamdulilla saya telah menjadi hamba pilihan-Nya. dengan sebuah kelebihan. Kelebihan ini telah menjadikan hidup yang bahagia. Terima kasih Ya Robby.

RUANG TERIMA KASIH