SELUK BELUK MENULIS, CARA MEMBUAT CERPEN, NOVEL, BUKU ILMIAH, BUKU POPULER, ARTIKEL, PROPOSAL, LAPORAN, KARYA ILMIAH, TESIS, LEAFLET, JUKNIS, NEWS LETTER, JURNAL, SKENARIO, TULISAN DI BLOG, KIAT MENJADI PENULIS SUKSES

Menulis dalam kepala (MDK)

Menulis dalam kepala. Bagi orang awam, membaca judul ini pasti heran dan akan bertanya. Apa benar kepala bisa dipakai untuk menulis. Secara spontan pasti meluncur sebuah jawaban, tidak munkin dan mustahil semua itu bisa dilakukan. Karena kepala bukan kertas yang biasa digunakan untuk mencatat pelajaran. Kepala bukan papan tulis yang biasa digunakan oleh guru. Dan kepala juga bukan komputer yang biasa digunalan penulis.


Pertanyaan yang sama juga muncul dalam benak saya, ketika mendengar pernyataan itu, berikut jawaban serta alasannya. Itu sangat wajar buat saya. Karena saya termasuk penulis baru yang belum mengenal berbagai istilah dalam penulisan. Selain itu juga saya bukan penulis terkenal seperti yang lain. Namun setelah saya mengetahui lebih jauh barulah saya mengerti dengan istilah itu.


Istilah menulis dalam kepala atau disingkat MDK pertama kali terdengar, ketika saya menghadiri “ Acara Temu Penulis “ di Bogor. Pertemuan itu diselenggarakan oleh Penebar Swadaya, penerbit yang selama ini menerbitkan karya-karya saya dan telah membesarkan saya. Tidak kurang dari 100 orang penulis turut hadir dalam acara itu, mulai dari penulis pemula hingga penulis senior.


Seperti tahun-tahun lalu, pertemuan itupun dilanjutkan dengan seminar. Seminar yang membahas tentang teknik penulisan yang baik, beserta kiat-kiatnya. Kebetulan salah seorang penyajinya adalah Naning Pranoto, salah seorang penulis senior yang namanya sudah tidak asing lagi pembaca buku. Dialah yang memperkenalkan istilah itu, sekaligus menjelaskan secara panjang lebar.


Namun penjelasan itu ternyata belum cukup buat saya. Karena konsentrasi saya saat itu terganggu oleh teman lama. Rasa penasaran muncul dan berniat untuk menemuinya. Selesai acara, saya melaksanakan niat itu, meski keraguan menghantui perasaan. Takut kalau penulis terkenal itu tidak mau menerima saya. Ternyata keraguan itu tidak terbukti. Dia menerima saya dengan baik dan menjelaskan kembali istilah itu.


Menurutnya, menulis dalam kepala adalah merangkai kata-kata dalam otak. Hal itu dilakukan ketika penulis tidak lagi duduk di depan komputer atau sedang berada di tempat lain. Misalnya di tempat tidur, sebelum tidur. Di meja makan, ketika sebelum, sedang dan sesudah makan. Di perjalanan ketika sedang mengendarai mobil atau motor. Atau dimana saja ketika sedang mengikuti acara apa saja.


Karena bagi penulis, waktu adalah kata, waktu adalah kalimat, waktu adalah tulisan dan waktu adalah karya. Pokoknya bagi penulis, waktu adalah saat untuk menulis. Bagi mereka selalu ada saja kalimat yang belum sempurna, selalu ada kalimat yang belum selesai, selalu ada saja ada judul baru, selalu saja ada kata awal dan kata akhir. Pokoknya bagi mereka, menulis itu seperti tidak pernah berakhir sampai kapanpun.


Itulah pendapatnya. Ternyata menulis dalam kepala dapat dilakukan dan merupakan pekerjaan para penulis. Meski kepala memang bukan kertas, bukan papan tulis dan juga bukan komputer, tetapi kepala mampu menampung ribuan kata. Bahkan kepala mampu merangkai kata-kata itu secara otomatis menjadi sebuah kalimat. Nah, kalau para penulis bisa, kenapa kita tidak menirunya. Selamat mencoba.


RUANG TERIMA KASIH