Menulis adalah membuat hurup, angka, kode dan tanda baca lainnya. Puluhan siswa Sekolah Dasar (SD) yang sedang duduk di bangku kelas, bisa diartikan sedang menulis. Karena mereka sedang mencatat pelajaran dari gurunya. Beberapa orang siswa Taman Kanak Kanak (TK) yang sedang belajar membaca juga bisa diartikan sedang menulis. Karena dalam pelajaran itu, selain harus mengenal setiap hurup, mereka juga harus belajar membuat hurup itu.
Dua orang pembuat batu nisan yang sedang bekerja, bisa diartikan sedang menulis. Karena mereka sedang membuat hurup dan angka. Satu demi satu hurup dan angka itu diukirnya dengan memahat setiap bagian hurup dan angka yang telah diberi tanda sebelumnya. Pemahatan dilakukan dengan hati-hati agar setiap hurup dan angka tersebut terlihat jelas sehingga bisa dibaca dari jauh. Kesalahan sedikit saja bisa berakibat fatal, pemesan bisa menolaknya.
Seorang novelis yang sedang duduk di depan komputer, ternyata bisa juga diartikan sedang menulis. Karena novelis itu sedang membuat cerita. Kata demi kata meluncur dari otaknya. Setiap peran dalam cerita itu dilukiskan dengan rangkaian kata dan sengaja membawa setiap pembaca untuk turut dalam peran itu. Demikian pula dengan tempat kejadian dalam cerita, dilukiskan dengan jelas agar bisa membawa setiap pembaca seolah berada di tempat kejadian itu. Itulah kelihaian novelis.
Kata-kata lainpun reflek muncul dan tersusun hingga menjadi sebuah kalimat yang dapat dimengerti, lalu menjadi paragraf-faragraf dan berlanjut menjadi sub bab dan bab, hingga akhirnya menjadi sebuah cerita menarik. Setiap pembaca dibawanya untuk turut masuk ke alam khayalnya sesuai dengan jalan ceritanya. Cerita lucu bisa membuat pembaca tertawa. Cerita sedih bisa membuat pembaca menangis. Cerita tegang bisa membuat suasana pembaca seperti tegang.
Dari contoh tersebut di atas dapat diambil sebuah kesimpulan, bahwa menulis adalah membuat hurup, angka, kode dan tanda bacalainnya. Namun sumbernya berlainan.