SELUK BELUK MENULIS, CARA MEMBUAT CERPEN, NOVEL, BUKU ILMIAH, BUKU POPULER, ARTIKEL, PROPOSAL, LAPORAN, KARYA ILMIAH, TESIS, LEAFLET, JUKNIS, NEWS LETTER, JURNAL, SKENARIO, TULISAN DI BLOG, KIAT MENJADI PENULIS SUKSES

Bahan untuk cerpen

Cerpen memerlukan bahan, seperti halnya sepotong kemeja. Kemeja dibuat dari sehelai kain sebagai bahan utama. Selain sehelai kain, kemeja juga memerlukan segulung benang sebagai bahan tambahan. Kedua bahan itu harus tersedia sebelum pembuatan dilakukan. Tanpa kedua bahan tersebut, mana mungkin seorang penjahit bisa membuat sepotong kemeja. Demikian pula dengan sebuah cerpen.


Cerpen adalah tulisan yang menggambarkan tentang kehidupan manusia. Kalau itu definisinya, lalu apa yang menjadi bahan utama cerpen dan apa pula yang menjadi bahan tambahannya. Tentu saja bahan utama cerpen adalah kehidupan manusia itu sendiri. Sedangkan kata-kata adalah sebagai bahan tambahan. Karena kedua bahan tersebut, sebuah cerpen dapat tercipta.


Lalu dimanakah kehidupan manusia itu. Kehidupan manusia ada di mana-mana. Bahkan kita juga termasuk manusia. Jadi bahan utama cerpen adalah kehidupan orang sekitar kita, misalnya kehidupan sekolah, di kampus, di kota, di desa, pokoknya kehidupan dimana saja.. Termasuk kehidupan kita bisa dijadikan bahan untuk cerpen. Tinggal tergantung kita sendiri yang memilihnya.


Kehidupan manusia, termasuk kehidupan kita itu sangat menarik. Karena hidup manusia tidak terlepas dari masalah. Mulai dari masalah ekonomi, masalah percintaan dan masih banyak masalah lainnya. Semua masalah itu bisa diangkat sebagai bahan cerpen. Setiap menghadapi masalah, pasti orang akan mencari jalan keluarnya, dimana semua itu bisa berakhir dengan kebahagiaan atau sebaliknya.


Pernah pada suatu sore saya mendengar jeritan seorang wanita. Karena kaget, saya langsung memburunya. Rupanya seorang cewek berumur belasan tahun sedang meronta sambil menjerit-jerit. Tangannya memegang sebuah HP. Setelah HP-nya dilihat ternyata ada sebuah pesan bahwa cowoknya meninggal karena tabrakan. Pesan lain ada, termasuk pesan terakhir. Dari kejadian itu lahir sebuah cerpen berjudul “ Pesan Terakhir Andri “


Suatu hari saya pergi ke pasar. Tujuannya untuk membeli sekaleng cat tembok. Sekalian saya ingin membelikan seekor burung untuk anak saya. Sebelum tiba di pasar, saya melihat seorang pemuda memegang sebuah dus kecil. Dari dalam dus itu terdengar suara burung yang menyanyikan lagu Halo-halo Bandung, dilanjutkan dengan lagu Garuda Pancasila. Dari suaranya, saya yakin itu burung beo.


Saya menghampirinya. Kembali burung itu bersuara dengan lagu yang sama. Ketika saya tawar, pemuda lain menghampiri dan mengatakan bahwa itu burung beo dan sudah ditawarnya sebesar dua ratu lima puluh ribu rupiah. Tanpa pikir panjang, burung itu saya beli sebesar tiga ratus ribu rupiah. Karena harga itu dianggap sangat murah. Mana mungkin burung beo seharga itu.


Sampai di rumah, saya dan istri menirukan pemuda tadi dengan mulut monyong ke lubang dus. Anak saya tertawa terbahak-bahak seraya berkata, sampai kiamatpun burung itu tak mungkin menyanyikan Halo-halo Bandung, karena bapak sudah tertipu. Dari kejadian itu lahirlah sebuah cerpen berjudul “ Halo-halo Bandung “. Kalau ingat peristiwa itu, saya suka tertawa sendiri.


Dari gambaran di atas, saya yakin kalian tidak bingung lagi mencari bahan untuk sebuah cerpen. Semua kehidupan orang-orang di sekitar kita bisa dijadikannya. Namun akan lebih baik lagi kalian membuat cerpen dengan mengambil bahan dari kehidupan kalian sendiri. Karena kalian sendiri yang mengalami dan kalian lebih menguasai bahannya. Jadi kalian dapat dengan mudah menumpahkan ke dalam tulisan.


Selamat mencoba ! !

RUANG TERIMA KASIH